Jumat, 03 Mei 2013

Identitas Politik Mahasiswa

Mungkin kalau mendengar kata politik tidaklah asing di telinga kita, banyak orang membicarakan tentang politik mulai dari tokoh masyarakat hingga mahasiswa yang tergabung dalam wadah organisasi. Kampus suatu tempat untuk menuntut ilmu bagi para mahasiswa, biasa diistilahkan dengan “menara gading“.
Selain itu mahasiswa di kenal berintelektual tinggi, bahwa mahasiswa adalah mahkluk istimewa. Mereka ada pada lapisan umur yang memungkinkan untuk menjadi energetik dan cocok menjadi pelopor perbaikan keadaan. Mahasiswa suatu penggerak atau juru kunci perubahan, sebagai mana yang sering kita dengar mahasiswa adalah agent of change, tentunya perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan yang dibawa mahasiswa tergantung dari kekuatannya dalam melihat keadaan sekitar fenomena yang terjadi dalam kehidupan ini, baik dari segi ekonomi, pendidikan, politik, agama dan banyak  lainya.  Cara berfikir seperti ini disebut cara berfikir kritis.
Fungsi penting bagi para lulusan Perguruan Tinggi, yaitu sebagai manager dan pencetus gagasan. Satu syarat utama, yaitu belajar bermasyarakat, terutama belajar memimpin masyarakat, menyelesaikan masalah–masalah kemasyarakatan secara bersama pada dasarnya adalah bejalar politik.  Pada taraf awal, belajar berpolitik mungkin berujud menjadi spectator politik yaitu belajar menjadi actor politik dan bagaimana merumuskan persoalan kemasyarakatan untuk diajukan ke dalam sistem politik, atau menjadi attentive public
Sebagai mahasiswa berorientasi pada kegiatan pemikiran biasanya lebih menekankan pada kerja asah otak untuk melahirkan kemungkinan yang alternatif, dan juga memerlukan bekal keilmuan untuk menunjang penyelesaian masalah dalam sesuatu bidang dan ilmu-ilmu manajemen yang bersifat teknokratis. Jadi, yang perlu di tekankan, lulusan perguruan tinggi tidak akan hanya menjadi awam. Para mahasiswa mesti menjadi warganegara yang aktif, kritis tetapi patuh pada aturan.
Tapi, problema yang terjadi pada Negara kita adalah bahwa mahasiswa kita cenderung tidak diajari bagaimana berpolitik secara tepat. Mahasiswa tidak diikutsertakan dalam proses pembuatan aturan main politik. Akibatnya, kebanyakan mahasiswa terbiasa merasa dirinya tidak bermakna dalam politik dan cenderung untuk tidak ikut memikirkan kehidupan politik. Ini buktinya, bisa kita melihat di lapangan, bahwa mahasiswa terkadang tidak mau terlibat dalam ranah politik apalagi kaum hawa.
Dalam kehidupan bermasyarakat, mahasiswa menjadi suatu komunitas unik yang khas, bahkan ada yang mengatakan sebagai suatu yang aneh. Mengapa demikian? Karena mahasiswa secara historis telah mencatatkan kaki dalam sejarah perubahan, menjadi garda terdepan, dan motor penggerak perubahan. Komunitas mahasiswa dikenal dengan jiwa militannya dan pengorbanan yang tak kenal lelah mempertahankan idealismenya, yang lebih substansial lagi, mahasiswa mampu berada sedikit di atas kelas masyarakat karena dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya.
Di Indonesia politik sebagai disiplin ilmu, melalui perkembangan politik. Mahasiswa bukanlah yang terlalu suka dalam berpolitik tapi kenyataannya sekarang yang terjadi bahwa mahasiswa lebih cenderung menjadi seorang mahasiswa, biasa di tugaskannya hanya belajar dan meraih pendidikan yang maksimal, sering ke pustakaan, pulang kerumah. Perkara yang mudah di lakukan seorang mahasiswa adalah ketika dapat mengerjakan perkuliahan dengan baik dan disesuaikan dengan soft skill yang dimilikinya. Salah satu tempat untuk mencerahkan soft skill adalah dengan mengikuti berbagai lembaga dan organisasi di Fakultas. Dan tidak akan di temukan di bangku perkuliahan.
Bertemu dengan banyak pemikir dan mengeluarkan pendapat, sifat, karakter, dan permasalahan yang ada dalam organisasi khususnya dalam masyarakat kampus. Dan untuk menjadi mahasiswa yang mempunyai inovasi, motivasi, kreatif, dan mandiri. Dan untuk mendidik mahasiswa untuk bercakapan yang akademis dan mental yang tinggi.
Tidak sedikit mahasiswa yang mengeluti dunia politik. Organisasi politik yang ada di kampus yang terdiri dari berbagai organisasi-organisasi yang dapat memicu mahasiswa berpolitik secara demokratis dan ini bisa mengajarkan bagaimana bermain politik yang baik di kalangan mahasiswa.
Secara dominan mahasiswa melakukan politik dalam setiap organisasi. Seperti contoh kasus, dalam pemilihan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang terjadi di Perguruan Tinggi juga melakukan politik secara langsung. Saat pemilihan ketua BEM seluruh akademika memilih hak dan kewajiban yang sama dalam momentum ini, sebuah momentum yang sangat berharga dalam masyarakat kampus.
Ini sebabnya mahasiswa telah melakukan perpolitikan dalam dunia kampus.  Pemilihan BEM atau pemilihan UKM pun jadi incaran politik. Dan ini menjadi satu bentuk terkecil dari pesta demokrasi. Akan tetapi, merupakan agenda retkrutmen politik kampus yang di dalamnya sebuah pendidikan. Melaksanakan pesta demokrasi kampus bukanlah hal yang mudah seperti tekanan fisik yang benar teruji. Dan merupakan salah satu bentuk miniatur dari pesta demokrasi praktis sehingga mahasiswa merasakan betul belajar berpolitik. Dari pemilihan berbagai ketua UKM atau ketua BEM, bisa dijadikan instrument untuk melatih jiwa kepimpinan mahasiswa. Penulis menekankan politik kampus sebaiknya tidak dimaknai sebagai politik praktis, tetapi sebagai pendidikan politik yang berhubungan dengan kepemimpinan.
Mahasiswa menjadi kelompok penekan bukan untuk perjuangan kepentingan dan  mahasiswa di mata masyarakat sebagai kelompok pemuda intelektual yang murni dan berani dengan cara yang luwes telah di seret untuk berpartisipasi dalam arena politik. Mahasiswa yang mempunyai jiwa kepemimpinan, terpukau oleh gerakan politik. Mahasiswa diharapkan penuh dinamika sewaktu ia menjalani kehidupan kampus, tetapi beraktivitas dan kreativitas tidak selalu saling berkaitan dengan kegiatan politik praktis.
Dalam kehidupan bermasyarakat, mahasiswa menjadi suatu komunitas unik yang khas, bahkan ada yang mengatakan sebagai suatu yang aneh. Mengapa demikian? Karena mahasiswa secara historis telah mencatatkan kaki dalam sejarah perubahan, menjadi garda terdepan, dan motor penggerak perubahan. Komunitas mahasiswa dikenal dengan jiwa militannya dan pengorbanan yang tak kenal lelah mempertahankan idealismenya, yang lebih substansial lagi, mahasiswa mampu berada sedikit di atas kelas masyarakat karena dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya.
Peranan mahasiswa memang tidak menentukan, tetapi mempengaruhi dan jika pengaruhnya ini negative akan menganggu lancarnya usaha pengisian kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan segala pengorbanan. Di kalangan mahasiswa tidak berarti pemerintah membatasi kebebasan mahasiswa, mematikan kreasi, karena mahasiswa merupakan objek dan subjek dalam proses pembinaan. Demokrasi mengajarkan kita bersikap egaliter, kebebasan, persamaan, persahabatan dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Dan jika mau menggali lebih dalam, karakter bangsa Indonesia adalah gotong royong dan kekeluargaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar