Rabu, 03 April 2013

Sekali Lagi Kembalikan Kebudayaan HMI

Ada kekuatan bersemat ijo royo-royo yang berkeliaran di Indonesia mereka eksis dari rezim ke rezim. Partai Komunis Indonesia (PKI) pernah memerintahkan seluruh kader Central Group Mahasiswa Indonesia (CGMI) untuk menggunakan sarung bila tak dapat mengganyang ijo royo-royo. Soekarno takluk pada surat Dahlan Ranuwiharjo, Soeharto getir pada surat Abdullah Hehamahua, Reformis gadungan benci tetapi rindu pada ijo royo-royo.

Lebih dari 66 tahun perjalanan himpunan mahasiswa Islam (HMI) merupakan perjuangan panjang yang bukan tanpa interupsi HMI sejak didirikan pada 14 Rabiul Awwal 1366 H /05 Febuari pukul 16.00 wib berkeinginan menjadikan Islam sebagai azas organisasi dan mendefinisikan diri sebagai organisasi perkaderan dan perjuangan.

Perkaderan bermakna HMI senantiasa membuka diri terhadap mahasiswa Islam untuk mengakses organisasi, keterbukaan adalah kunci bagi keberlangsungan organisasi dari masa ke masa. HMI percaya bahwa proses seleksi kader melalui prinsip keterbukaan adalah kerangka kerja kebudayaan yang paling tepat. Tidak jarang infiltrasi dan spionase dilakukan, tetapi sejarah membuktikan bahwa organisasi tidak dapat dihancurkan hanya melalui kerja picik infiltrasi maupun spionase.

Perjuangan HMI menuju masyarakat yang diridhai allah swt merupakan kerja tanpa jeda, kesadaran terhadap Utopia perjuangan merupakan semangat yang akan selalu dikobarkan HMI. Hanya mereka yang tunduk, takluk, dan frustasi pada realitas yang akan menolak perjuangan, yaitu ikhtiar dan kerja keras untuk mencapai masyarakat yang dijanjikan. Itulah yang membedakan HMI dengan mereka yang tidak percaya kepada sikap tawakal pasca ikhtiar. Itulah yang membedakan HMI dengan mereka yang lebih khawatir kepada aparat dan penguasa ketimbang menyerahkan diri kepada zat yang Maha Esa..

HMI sadar bahwa eksistensi dan identitas organisasi tidak boleh dibatasi oleh kepentingan taktis tertentu, tetapi harus melampaui batas-batas ruang dan waktu, disesbabkan permasalahan bangsa yang berubah dari masa ke masa. Masyarakat yang diridhai allah swt adalah visi utopis yang tidak akan takluk dan tunduk kepada mereka yang frustasi hanya disebabkan tak kunjung menggapai cita-cita, setiap organisasi memiliki sejarah, tradisi dan kebudayaan masing-masing.Sejarah organisasi merupakan wahana refleksi yang paling menentukan dan memadai bagi proses kebudayaan dan pembentukan tradisi, oleh karena itu alumnus dan kader HMI perlu diikat dalam kerangka kerja kebudayaan yang sealur, seirama dan sesuai dengan kepatutan.

Kebudayaan HMI adalah setiap kerja lintas sektor yang tidak melanggar ajaran Islam dan kitab suci alqur'an, kesetaraan diantara kader dan alumni menjadi prasyarat utama dalam mengusung agenda kebangsaan. Tanpa harus terjebak pada sikap mental ewuh pakewuh maupun relasi patron-klien yang tidak jarang justru menjebak HMI.

HMI harus memegang teguh prinsip bahwa alumni ialah mereka yang secara ikhlas berpendapat bahwa HMI merupakan organisasi yang menjadi milik zamannya dan bukan mereka yang menunggangi organisasi dengan berbagai cara dan iming-iming negatif, HMI harus sadar bahwa isu reunifikasi tidak akan pernah dapat terwujud bila perbedaan kultural diantara masing-masing organ tidak diselesaikan melalui kerja kebudayaan.

Tulang perlu untuk kembali dibanting.Dan keringat perlu untuk kembali diperas.Dengan segala kerendahan hati semoga allah swt memberikan petunjuk kepada seluruh kader dan alumni untuk tidak melanggar pakem kebudayaan Islam yang semoga tetap terwujud. Aminn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar